1. Pendahuluan
Industri sepatu di Indonesia tidak hanya tersebar di satu kota saja. Di Jawa Barat, Bandung menjadi salah satu pusat produksi sepatu yang dikenal luas. Sementara di Jawa Timur, kota-kota seperti Mojokerto juga memiliki pengalaman dan potensi dalam industri alas kaki.
Saat kita hendak memilih tempat produksi sepatu—baik sebagai brand lokal atau pemesan institusi—memahami keunggulan dan batasan pabrik sepatu Bandung dan pabrik di Mojokerto bisa sangat membantu. Artikel ini akan membandingkan keduanya secara jujur dan menyeluruh, agar kamu bisa memilih lokasi terbaik sesuai kebutuhan kamu.
Sebelum masuk ke perbandingan, mari kita lihat dulu profil masing-masing wilayah industri sepatu ini.
2. Gambaran Umum Pabrik Sepatu Bandung
Kota Bandung dan kawasan sekitarnya punya reputasi yang kuat dalam dunia alas kaki. Kawasan seperti Cibaduyut sudah lama menjadi ikon produksi sepatu lokal.
Beberapa pabrik besar dan vendor sepatu yang mencantumkan alamat Bandung antara lain Brenton Shoes Company — yang menyebut diri sebagai produsen sepatu lokal sejak tahun 2001, berlokasi di Cibaduyut. Pabrik ini menerima pesanan custom, produksi besar maupun kecil, dan melayani berbagai model sepatu.
Kelebihan industri sepatu di Bandung termasuk akses yang relatif mudah ke pasar Jawa Barat, kedekatan pemasok bahan kulit dan aksesori, serta infrastruktur transportasi yang mendukung distribusi ke wilayah barat Pulau Jawa atau kota-kota besar terdekat.
Bandung juga memiliki ekosistem desain, kampus teknik/arsitektur, serta kreatifitas fesyen yang masuk ke jaringan industri alas kaki. Akibatnya, beberapa produsen di Bandung dapat lebih cepat merespons tren desain baru dan permintaan unik.
Namun, biaya operasional di Bandung bisa relatif lebih tinggi dibanding di kota-kota “daerah” di timur Jawa — terutama soal sewa lahan, upah, dan biaya transportasi bahan dari daerah luar Jawa.
3. Gambaran Umum Industri Sepatu Mojokerto
Mojokerto, yang berada di Jawa Timur, juga memiliki aktivitas alas kaki yang patut diperhitungkan. Di Mojokerto terdapat pabrik-pabrik sepatu besar, serta usaha kerajinan lokal dan sentra grosir.
Contoh pabrik besar di Mojokerto adalah PT Dwi Prima Sentosa yang pernah menjadi salah satu pabrik sepatu di sana. Tempo+1 Selain itu, UD Anugerah merupakan produsen alas kaki yang berbasis di Kabupaten Mojokerto dan sudah dikenal sebagai manufaktur lokal.
Di sisi kerajinan lokal, banyak perajin sepatu di Mojokerto memproduksi jenis sepatu pantofel, sepatu kerja, dan PDL dalam skala kecil hingga menengah. Misalnya, di Desa Banjaragung, Kecamatan Puri, ada rumah produksi yang memproduksi sepatu pantofel berbahan kulit sapi. Di Kota Mojokerto sendiri, Pemerintah Kota meresmikan Pusat Grosir Sepatu (PGS) untuk memfasilitasi pemasaran produk lokal.
Dalam laporan media lokal, perajin sepatu tradisional di Mojokerto menyebut bahwa mereka juga memproduksi jenis PDH, PDL, dan sepatu safety, dengan bahan kulit asli maupun sintetis. Bahkan beberapa pelaku produksi lokal menyebut bahwa harga sepatu jenis PDH mereka mulai dari sekitar Rp 125 ribu.
Mojokerto pun memiliki pusat perkulakan sepatu seperti Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan, yang menjadi salah satu pusat distribusi sepatu dan sandal di kawasan Mojokerto. Intiwhiz
Kelebihan Mojokerto antara lain biaya tenaga kerja relatif lebih rendah (dibanding kota besar), ketersediaan ruang lahan lebih luas dan lebih murah, serta potensi integrasi dengan supply chain lokal di timur Jawa. Namun, tantangannya mencakup akses ke pasar nasional yang mungkin lebih lambat, serta mungkin kesulitan akses bahan baku kualitas tinggi jika harus impor dari Jawa Barat atau luar pulau.
4. Perbandingan: Kekuatan & Kelemahan Bandung vs Mojokerto
Berikut perbandingan lebih rinci dari berbagai aspek antara pabrik sepatu Bandung dan pabrik di Mojokerto.
4.1 Sumber Daya Manusia & Keahlian
Bandung: karena tradisi industri alas kaki sudah lama, banyak tenaga kerja di Bandung atau kawasan sekitarnya yang sudah mahir dalam proses jahit, finishing, pola, dan detail estetik. Keterampilan turun-temurun dan akses ke sekolah kejuruan juga memudahkan regenerasi tenaga kerja.
Mojokerto: di Mojokerto banyak juga pengrajin lokal yang sudah lama beroperasi, terutama di sektor kerajinan pantofel dan sepatu kerja. Namun, mungkin belum sebanyak Bandung dalam hal jumlah tenaga terampil besar-besaran untuk produksi massal.
Satu quote Sunda agar makin terasa lokal akrab:
“Teu aya nu ngapung ti lepas taneuh sorangan”
artinya: “Tidak ada yang terbang jika melepaskan (akar) tanah sendiri”—sebuah pengingat bahwa industri lokal punya kekuatan dari akar daerahnya.
4.2 Akses Bahan Baku & Logistik
Bandung: dekat ke pusat pemasok bahan kulit, aksesori, sol, dan akses ke jalur logistik ke wilayah barat dan tengah Jawa relatif efisien. Untuk produsen di Bandung, bisa mengambil bahan dari sekitar Jawa Barat dengan waktu pengiriman yang singkat.
Mojokerto: meski berada di timur Jawa, beberapa bahan baku mungkin masih harus diimpor dari luar Jawa atau dibawa dari Jawa Barat, yang menambah ongkos logistik. Namun, bila pabrik Mojokerto mampu membangun hubungan baik dengan pemasok lokal di Jawa Timur atau Jawa Tengah, maka beban logistik bisa ditekan.
4.3 Infrastruktur & Industri Penunjang
Bandung: memiliki infrastruktur pendukung baik (jalan raya, pelabuhan relatif dekat via jalan tol / pengiriman ke Pelabuhan Tanjung Priok / Cirebon). Juga, banyak industri penunjang seperti pemasok aksesori, mesin, finishing, dan layanan desain.
Mojokerto: infrastrukturnya cukup baik untuk kebutuhan lokal dan regional, dan dengan pembangunan jalan serta tol di Jawa Timur, koneksi antar kota makin baik. Namun, akses ke pelabuhan ekspor (misalnya Surabaya) bisa lebih dekat dibanding Bandung ke pelabuhan di Jawa Barat, tergantung lokasi pabrik.
4.4 Skala Produksi & Fleksibilitas
Bandung: banyak pabrik di Bandung memiliki kapasitas besar dan juga fleksibilitas untuk menerima pesanan kecil hingga menengah. Karena pengalaman, mereka bisa lebih cepat menyusun proses produksi massal maupun custom.
Mojokerto: pabrik di Mojokerto mungkin lebih banyak dalam skala menengah atau kerajinan kecil menengah. Beberapa pabrik besar memang ada, tetapi untuk pesanan besar skala nasional mungkin mereka harus meningkatkan kapasitas dan sistem manajemen.
4.5 Brand, Reputasi & Jaringan Pemasaran
Bandung: sebagai kota fesyen dan kota besar di Indonesia, produk dari Bandung sering dianggap memiliki citra kreatif, desain menarik, dan kualitas layak ekspor. Brand yang menjual “made in Bandung / Cibaduyut” bisa mendapat nilai tambah di pasar konsumen.
Mojokerto: produk dari Mojokerto mungkin belum seterkenal Bandung dalam konteks pasar fashion nasional, tapi untuk pasar lokal dan regional mereka punya keunggulan biaya dan pendekatan personal pada klien. Pusat Grosir Sepatu Mojokerto (PGS) menunjukkan upaya pemerintah kota memperkuat brand lokal. Radar Mojokerto
4.6 Tantangan Lokal Masing-Masing
- Bandung: menghadapi persaingan impor, tekanan biaya tinggi, dan kompetisi internal antar pabrik. Beberapa pabrik mungkin kesulitan menjaga profitabilitas jika harga jual ditekan.
- Mojokerto: tantangan berupa keterbatasan akses bahan impor, kurangnya infrastruktur pendukung premium, dan mungkin branding serta jaringan pemasaran nasional belum sebesar Bandung.
5. Studi Kasus & Contoh Nyata
Beberapa contoh di lapangan menunjukkan bagaimana kedua wilayah ini beroperasi:
- Di Mojokerto, perajin sepatu lokal seperti di Kecamatan Puri memproduksi sepatu pantofel dengan harga sekitar Rp 100–190 ribu tergantung model, dan omzet mingguan bisa mencapai jutaan rupiah. Radar Mojokerto
- Di Mojokerto juga banyak usaha UD Anugerah yang memproduksi alas kaki dan menjual merek seperti Dun San® dan Alflexi®.
- Di Bandung, pabrik seperti CV Ibadurahman menampilkan kapasitas memproduksi custom dan jumlah kecil hingga besar. https://sepatucibaduyut.com/
- Pabrik sepatu Bandung juga memasuki pasar produksi PDL dan seragam karena pengalaman dan jaringan yang sudah kuat.
Kombinasi studi tersebut membuktikan bahwa kedua wilayah punya kapabilitas, dengan kekhasan masing-masing.
6. Peluang Kolaborasi & Sinergi
Daripada saling bersaing secara keras, ada peluang kolaborasi agar Bandung dan Mojokerto bersama-sama memperkuat industri alas kaki nasional:
- Pabrik di Bandung bisa menjadi pusat desain, R&D, dan brand marketing, sementara pabrik di Mojokerto menjadi basis produksi volume menengah dengan biaya efisien.
- Kedua wilayah bisa bersama-sama membentuk asosiasi untuk menjalin kemitraan pemasok bahan baku agar skala pembelian lebih besar dan harga lebih bersaing.
- Promosi co-branding: produk yang dibikin di Mojokerto tetapi “dirancang di Bandung” bisa mendapatkan kombinasi keunggulan desain dan biaya produksi.
- Pelatihan teknis silang: pelatihan tenaga kerja dari Mojokerto di Bandung, atau pelatihan desain Bandung di Mojokerto agar kualitas merata.
7. Tip Memilih Pabrik Sepatu (di Bandung atau Mojokerto)
Kalau kamu sedang mempertimbangkan memilih pabrik untuk memproduksi sepatu (misalnya PDL), berikut tips agar kamu bisa menentukan lokasi terbaik:
- Spesifikasi & standar produk
Pastikan pabrik bisa memenuhi spesifikasi teknis, bahan, dan standar mutu yang kamu inginkan. - Kapasitas & waktu produksi
Pilih pabrik yang bisa memenuhi jumlah pesanan dan tenggat waktu yang kamu butuhkan. - Transparansi biaya & logistik
Hitung ongkos bahan, pengiriman, serta margin tambahan. Kadang pabrik lebih jauh tetapi biaya keseluruhan tetap kompetitif. - Kualitas & kontrol mutu
Pastikan mereka punya sistem quality control yang baik dan track record produksi sesuai spesifikasi. - Komunikasi & person to person
Pabrik yang responsif dan komunikatif akan memudahkan revisi atau penyesuaian desain di tengah jalan. - Reputasi & portofolio
Lihat contoh produk, testimoni klien, dan apakah mereka sudah menghasilkan produk untuk instansi atau brand yang kredibel. - Legalitas & jaminan
Pastikan pabrik memiliki izin usaha, garansi produk, dan layanan retur jika ada cacat.
8. Proyeksi Industri Sepatu Lokal Indonesia
Industri sepatu lokal Indonesia punya potensi besar jika didukung dengan strategi tepat:
- Pasar dalam negeri yang besar dengan minat terhadap produk lokal berkualitas akan terus tumbuh.
- Peluang ekspor ke Asia Tenggara atau negara berkembang bisa dijadikan target jika industri lokal mampu mencapai standar ekspor.
- Digitalisasi pemasaran (e-commerce, media sosial) memudahkan brand lokal menjangkau konsumen nasional atau global tanpa harus punya jaringan fisik luas.
- Integrasi industri hulu (bahan kulit, pengolahan bahan) menjadi penting agar rantai pasok lokal lebih mandiri.
- Kolaborasi antar sentra produksi seperti Bandung, Mojokerto, Jepara, dan daerah lainnya bisa menciptakan ekosistem nasional yang saling mendukung.
9. Penutup & Ajakan
Singkatnya, baik pabrik sepatu Bandung maupun pabrik di Mojokerto punya keunggulan dan tantangannya masing-masing. Bandung unggul di desain, reputasi, jaringan pemasok, dan pasar kelas atas—sementara Mojokerto menawarkan biaya produksi yang lebih rendah, ruang lahan yang luas, dan potensi produksi menengah.
Jika kamu ingin memproduksi sepatu PDL (Patrol Duty / lapangan) dengan kualitas tinggi dan desain yang baik, kamu bisa mengambil keunggulan dari Bandung—khususnya dari pabrik–pabrik berpengalaman.
Jangan ragu untuk mencoba memesan langsung pembuatan sepatu PDL di www.brentonshoes.com di mana kamu bisa mendapatkan kualitas lokal terbaik, desain yang fleksibel, dan pengalaman produksi dari pusat sepatu Bandung. Yuk, wujudkan sepatu PDL terbaikmu lewat produsen yang memang memahami industri alas kaki lokal!
