Cibaduyut yang Dulu Gemilang, Kini Lesu
Selama puluhan tahun, Cibaduyut dikenal sebagai jantung industri sepatu Indonesia. Kawasan ini bukan hanya sekadar tempat produksi, tapi juga simbol ketekunan dan kreativitas para pengrajin lokal Bandung. Namun, memasuki tahun 2024, situasinya berubah drastis. Penjualan sepatu di wilayah ini merosot hingga 75 persen, membuat banyak pabrik sepatu bandung terpaksa mengurangi produksi bahkan menghentikan kegiatan usaha mereka.
Serbuan sepatu impor murah menjadi penyebab utama. Produk dari Tiongkok, Vietnam, dan beberapa negara lain membanjiri pasar dalam negeri dengan harga jauh di bawah sepatu lokal. Fenomena ini menggerus pasar domestik dan menghantam pelaku UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Bandung Selatan.
Pengrajin yang Berjuang di Tengah Gelombang Impor
Di bengkel kecil milik Klapa Footwear, suasana kini tak sepadat dulu. Mesin jahit tak lagi berdengung sepanjang hari, dan tumpukan bahan kulit kini menumpuk menunggu pesanan yang tak kunjung datang. “Sekarang satu minggu paling hanya ada 20–30 pasang yang dikerjakan. Dulu bisa 100 pasang,” tutur Dedi, seorang pengrajin senior yang sudah bekerja lebih dari 15 tahun.
Para pengrajin lain mengaku mulai kesulitan membayar sewa tempat, menggaji karyawan, hingga membeli bahan baku. Banyak usaha kecil terpaksa berhenti, meninggalkan bengkel kosong di sepanjang jalan Cibaduyut. Kejayaan yang dulu membanggakan kini berubah menjadi kekhawatiran massal.
Persaingan Harga yang Tak Adil
Masalah utama yang dihadapi pengrajin lokal bukan pada kualitas, melainkan pada harga. Sepatu buatan pabrik sepatu bandung dikenal awet dan kuat karena dibuat dengan tangan, menggunakan bahan kulit asli atau kanvas premium.
Sebaliknya, sepatu impor dibuat secara massal menggunakan bahan sintetis dengan biaya produksi rendah. Dengan perbedaan harga hingga 50 persen, konsumen pun beralih pada produk yang lebih murah tanpa memikirkan dampak jangka panjang.
Menurut laporan dari Jakarta Post, derasnya arus impor alas kaki tanpa pengawasan ketat membuat banyak pelaku UMKM kehilangan daya saing. Tanpa regulasi perlindungan atau kebijakan tarif yang adil, pengrajin lokal seperti dibiarkan berperang sendirian di pasar yang timpang.
(Sumber: Jakarta Post – Indonesia’s Footwear Industry Faces Import Flood)
Dampak Sosial dan Ekonomi yang Meluas
Krisis ini tak hanya menurunkan omset, tetapi juga mengguncang stabilitas ekonomi keluarga para pengrajin. Banyak dari mereka kini beralih profesi menjadi pedagang kaki lima, sopir ojek online, hingga pekerja serabutan.
Padahal, Cibaduyut pernah menjadi penggerak ekonomi lokal yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja. Kini, sebagian besar toko dan pabrik kecil di kawasan ini beroperasi hanya separuh kapasitasnya.
Kondisi ini juga berdampak pada rantai pasok: penurunan pesanan kulit dari pengrajin bahan, penurunan penjualan lem dan alat jahit, hingga berkurangnya aktivitas distribusi ke toko-toko sepatu di kota lain. Efek domino tersebut menunjukkan bahwa krisis sepatu lokal bukan sekadar masalah produksi, tapi menyangkut ekosistem ekonomi yang luas.
Upaya Bertahan di Era Digital
Meski kondisi sulit, tak sedikit pelaku usaha yang mencoba bangkit dengan strategi baru. Beberapa pengrajin muda mulai beralih ke penjualan digital, membuka toko di marketplace seperti Shopee dan Tokopedia, hingga aktif berjualan melalui TikTok Live.
Inovasi desain juga mulai dilakukan, terutama untuk menarik minat konsumen muda. Sepatu bergaya minimalis, sneakers handmade, hingga sepatu kulit kasual kini banyak dikembangkan agar sesuai tren global.
Ridwan, pemilik brand Local Leather Bandung, menuturkan, “Kalau bersaing harga nggak mungkin. Tapi kami bisa bersaing di kualitas dan cerita produk. Sepatu kami punya karakter, dibuat tangan, dan bisa direparasi bertahun-tahun.”
Langkah seperti ini menjadi bukti bahwa adaptasi digital dan storytelling bisa menjadi kunci kelangsungan industri lokal.
Pentingnya Peran Pemerintah dan Dukungan Masyarakat
Pemerintah diharapkan tidak tinggal diam menghadapi situasi ini. Perlindungan terhadap industri lokal harus diwujudkan melalui pembatasan impor tidak resmi, pemberian insentif bahan baku, serta bantuan permodalan bagi UMKM sepatu.
Selain itu, kampanye “Bangga Buatan Indonesia” harus lebih digencarkan agar masyarakat sadar bahwa membeli produk lokal berarti ikut menjaga ekonomi nasional.
Sebagai contoh, Italia dan Portugal berhasil menjaga eksistensi industri sepatunya dengan memperkuat branding dan melibatkan pemerintah dalam promosi ekspor. Indonesia, khususnya Bandung, bisa meniru langkah tersebut dengan memperkenalkan sepatu lokal sebagai produk premium yang memiliki nilai seni dan budaya tinggi.
(Sumber: World Footwear Yearbook 2023)
Menghidupkan Kembali Sentra Cibaduyut
Untuk mengembalikan nama besar Cibaduyut, dibutuhkan kolaborasi nyata. Sekolah kejuruan bisa berperan dalam mencetak desainer muda, sementara lembaga keuangan seperti BRI atau BNI bisa memberikan akses modal mudah bagi pengrajin.
Pelatihan digital marketing juga perlu diperluas agar pelaku UMKM dapat memasarkan produknya secara global tanpa tergantung toko fisik.
Beberapa komunitas seperti Cibaduyut Creative Hub mulai muncul untuk menghubungkan pengrajin, pembeli, dan desainer lokal. Inisiatif ini diharapkan mampu membangun kembali kepercayaan publik terhadap sepatu Bandung sebagai produk berkualitas tinggi.
Optimisme di Tengah Badai
Meskipun situasi sulit, semangat pengrajin Bandung tetap menyala. Mereka percaya bahwa kualitas buatan tangan Cibaduyut tidak akan tergantikan oleh mesin. Di balik setiap jahitan, ada nilai seni, kerja keras, dan dedikasi yang tidak bisa dihitung dengan uang.
Seperti pepatah Sunda, “Mun leungit panghasilan, ulah leungit pangharepan” — meski penghasilan hilang, jangan kehilangan harapan. Karena dari semangat itulah kebangkitan industri lokal akan dimulai.
Saatnya Dukung Sepatu Lokal
Kini saatnya konsumen Indonesia berpihak pada produk negeri sendiri. Dengan membeli sepatu lokal, Anda tidak hanya mendapatkan kualitas terbaik, tetapi juga membantu ribuan pengrajin tetap bekerja dan menghidupi keluarganya.
Bagi pelaku usaha yang ingin menciptakan merek sepatu sendiri dengan kualitas ekspor, peluangnya masih terbuka lebar.
Bergabunglah bersama pengrajin terbaik dari Bandung dan mulai produksi sepatu Anda di pabrik profesional yang sudah berpengalaman.
Kunjungi www.sepatucibaduyut.com dan jadikan langkah Anda bagian dari kebangkitan industri sepatu Indonesia.
